Cara Membuat Buku: 3 Cara Mempertahankan Komitmen Menulis Buku

Cara membuat buku, pernahkah kita mencicipi bahwa dikala cara menciptakan buku, kita mengalami degradasi akad, semangat kita menurun?


Membosankan, satu kata yang mungkin akan sering dialami oleh penulis ketika mereka sedang melaksanakan cara menciptakan buku. Kondisi tersebut pasti tidak dapat dilepaskan dari banyaknya waktu yang mesti disisihkan atau diluangkan untuk membuat tulisan. Proses tersebut pasti tidak cuma membutuhkan beberapa hari semata, tetapi juga hingga berbulan-bulan sampai beberapa tahun. Lama tidaknya proses penulisan sebuah buku intinya tidak terlampau besar lengan berkuasa signifikan pada mutu buku yang kita hasilkan. Artinya jika kita senantiasa menyisakan waktu 30 menit setiap hari untuk cara menciptakan buku, pasti kita akan lebih konsentrasi untuk merangkai gagasan. Meskipun demikian, ada beberapa orang yang juga membutuhkan waktu lebih usang setiap harinya dalam menyusun buku. Rasa bosan yang kadang muncul tentu berbahaya bagi janji yang kita berdiri untuk menulis sebuah buku.


Menjaga kesepakatan dan semangat kita untuk cara membuat buku tentu menjadi salah satu hal yang penting untuk dijalankan. Tentu akad tersebut mesti terus dijaga biar apa yang sudah kita lakukan tidak rampung sia-sia. Artinya kita tidak pernah berhenti menulis sebelum buku yang kita harapkan berhasil diterbitkan. Proses panjang yang mungkin menciptakan kita bosan dan letih tentu akan terbayar saat buku yang kita tulis tersebut berhasil diterbitkan. Terlebih lagi buku yang kita buat mampu diterima oleh masyarakat luas dan mendapatkan kesan aktual dari publik. Selanjutnya, kita juga harus berakal menertibkan aspek-faktor internal dan eksternal yang setidaknya mampu berefek pada semangat kita dalam cara menciptakan buku. Kita harus mengenali kendala yang mungkin muncul, termasuk tindakan yang bisa kita kerjakan untuk meminimalisir kendala tersebut. Berikut adalah beberapa hal yang setidaknya mampu kita kerjakan untuk menjaga akad dalam cara menciptakan buku.


Mengikuti Pelatihan


Salah satu langkah yang bisa kita kerjakan untuk mempertahankan semangat kita untuk tetap menulis yaitu dengan mengikuti training atau workshop kepenulisan. Saat ini sudah banyak forum-forum yang sering mengadakan pembinaan mirip itu. Bahkan tak sedikit dari acara tersebut tidak dipungut biaya atau gratis. Tentu hal tersebut harus bisa kita manfaatkan semaksimal mungkin. Selain untuk menerima ilmu perihal kepenulisan, satu hal yang hendak kita dapatkan yaitu semangat untuk kembali menulis. Kondisi tersebut menjadi penting dikala kita sedang berada dalam keadaan yang meurun semangatnya untuk cara membuat buku. Satu hal yang perlu disadari bahwa ilmu kepenulisan pada dasarnya sama yaitu berbicara perihal praktik dengan sedikit teori. Oleh alasannya itu, kita juga akan dituntun untuk mengaplikasikan ilmu tersebut secara langsung atau praktik.


Tidak sedikit orang yang hendak kembali bergairah setelah mengikuti training menulis tersebut. Biasanya di dalam training tersebut, pembicara akan memberikan penjelasan wacana faedah yang bisa kita dapatkan dengan menulis. Pemaparan tersebut tentu secara tidak eksklusif akan mensugesti otak bawah sadar kita bahwa menulis itu tidak membawa kerugian, justru menenteng laba. Dari proses itulah lalu semangat kita untuk menulis mampu kembali. Pada ketika itu juga atau beberapa hari sesudah acara tersebut, semangat atau mood kita untuk menulis lazimnya akan terjaga. Ketika semangat kita kembali menurun, maka kita semestinya melaksanakan hal yang sama ialah mencari kegiatan pembinaan menulis. Terlebih lagi sekarang banyak pembinaan menulis yang dilakukan dengan cara-cara yang mengasyikkan sehingga membuat pesertanya juga bahagia untuk mengikuti rangkaian kegiatan tersebut.


Memiliki Mentor


Sebagai seorang penulis, khususnya penulis pemula yang semangatnya acap kali kuat kadang kala kendur, tentu kita mesti memiliki mentor. Mentor tersebut bisa lebih dari satu orang. Artinya bertambah banyak mentor yang kita miliki, maka akan kian baik juga bagi diri kita sendiri sebagai seorang penulis buku. Mentor yang dimaksud bukan hanya mereka yang hebat di bidang kepenulisan, namun lebih dari itu. Keluarga, sobat, atau teman mampu menjadi mentor kita yang setiap ketika akan mengingatkan kita akan komitmen yang sudah kita bangun sendiri untuk cara menciptakan buku. Ketika kita sedang dalam posisi yang tidak bersemangat, pasti orang-orang tersebut berperan penting untuk mengingatkan kita atas janji yang sudah kita berdiri di awal. Cara mereka mengingatkan dan menggugah kembali semangat kita untuk menulis tentu saja berlainan-beda. Ada yang dengan mengajukan pertanyaan pribadi, tetapi ada juga yang menyemangati kita secara tidak eksklusif.


Berangkat dari kondisi tersebut, alangkah lebih baiknya saat kita mempunyai niat untuk menyusun suatu buku, keinginan tersebut juga mesti disampaikan kepada orang-orang terdekat kita. Orang-orang yang kelak menjadi mentor atau pengingat dikala kita sedang dalam posisi yang tidak bergairah. Semakin banyak mentor pasti akan makin baik karena setiap kita bertemu dengan mereka, mereka akan senantiasa menanyakan nasib buku yang kita buat. Di sisi lain mungkin kita akan terasa jenuh dengan pertanyaan yang sama, tetapi pertanyaan tersebut akan menjadi cambuk bagi diri kita sendiri untuk kembali menulis. Ketika buku kita berhasil diterbitkan, tentu orang-orang yang menjadi mentor kita akan turut berbangga diri alasannya mereka menjadi bab dari proses panjang yang mesti kita lalui untuk menerbitkan suatu buku.


Bergaul di Komunitas Menulis


Langkah terakhir yang bisa kita kerjakan untuk menjaga akad kita untuk menulis adalah dengan bergabung ke dalam sebuah komunitas menulis. Tidak sedikit komunitas menulis yang eksis hingga dengan hari ini. Mulai dari komunitas blogger (mempunyai website blog) sampai komunitas lain yang cakupannya lebih luas. Apabila kita bergabung ke dalam komunitas menulis, tentu kita akan mendapatkan banyak model pemikiran. Ada beberapa penulis yang suka membicarakan perihal rekreasi, kuliner, kawasan bersejarah, budaya, dan lain sebagainya. Komunitas tersebut pasti memungkinkan kita untuk saling bertukar fatwa dan pengalaman wacana apa yang sudah dan akan kita tulis. Ada banyak aspek yang lalu banyak komunitas terbentuk di Indonesia. Bahkan dikala kita akhir mengikuti workshop kepenulisan, kita mampu menciptakan komunitas sendiri yang anggota-anggotanya ialah penerima training tersebut. Oleh sebab itu, kita tentu dihentikan menyia-nyiakan potensi yang ada.


Fungsi dari komunitas menulis tersebut pasti sama dengan fungsi mentor yang sebelumnya sudah dijelaskan di atas. Terlebih lagi di dalam komunitas, kita akan sering berjumpa dengan sesama anggota komunitas. Pertemuan yang dikemas dengan perbincangan ringan tersebut nantinya akan mendorong kita untuk kembali bergairahdalam cara menciptakan buku. Mereka juga akan menanyakan nasib dari buku yang sedang kita tulis. Bahkan dengan adanya konferensi tersebut, kita justru bisa mendapatkan wangsit atau pandangan baru yang bisa kita gunakan untuk memperkuat argumen yang kita tulis. Pengalaman-pengalaman menawan dari sesama penulis juga bisa kita jadikan rujukan atau referensi bagi buku yang sedang kita buat. Dengan demikian, kita akan kembali antusiasuntuk menyelesaikan buku yang sudah kita mulai semenjak lama. Kondisi tersebut menjadi penting untuk mempertahankan semangat kita.


[Bastian Widyatama]


 


 


 


 


Referensi


Mawardi, Dodi, 2009, Cara Praktis Cara membuat buku dengan Metode 12 Pas, Jakarta: Raih Asa Sukses.


 


 


Anda punya RENCANA MENULIS BUKU


atau NASKAH SIAP CETAK?


Silakan daftarkan diri Anda selaku penulis di penerbit buku kami.


Anda juga bisa KONSULTASI dengan Customer Care yang siap membantu Anda sampai buku Anda diterbitkan.


Anda TAK PERLU RAGU untuk segera MENDAFTAR.


Silakan ISI FORM di laman ini. 🙂



Sumber mesti di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama