Cara Menulis Dialog Menggunakan Kalimat



Cara Menulis Dialog Menggunakan Kalimat – Menulis dialog menggunakan kalimat bagaimana caranya?  Jika Anda sedang menyusun sebuah naskah fiksi seperti novel atau kisah pendek niscaya tidak aneh menulis dialog menggunakan kalimat. 





Dialog yakni percakapan yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih dengan maksud tertentu. Dalam menulis fiksi, dialog mempunyai banyak kegunaan.





Sedangkan untuk menggambarkan percakapan tokoh-tokohnya, dialog juga mampu menimbulkan aksara dari masing-masing tokoh.





Dialog juga mampu menimbulkan perbedaan budaya dari beberapa tokoh. Misalnya dengan dialek atau bahasa percakapan yang berlawanan logat. Juga berfungsi selaku penggambaran setting/latar pada sebuah kisah.





Membuat teks dialog juga tidak sembarangan. Apakah menulis obrolan menggunakan kalimat ada tata caranya? Apakah penting mengetahui teknis penulisan obrolan? 





Jawabannya tentu penting. Menulis obrolan dengan metode yang benar tentu saja dapat membuat  pembaca lebih memahami makna dari kalimat yang Anda tulis.





Selain itu, jika tulisan Anda rapi, setidaknya mampu menjadi nilai plus saat mengikuti lomba-lomba seputar dunia kepenulisan. 





Lalu, apa gunanya editor? Editor memang bertugas memperbaiki tulisan kita bahkan menjadikannya menjadi lebih hidup.





Tapi, memangnya sebagai penulis kita mau mengandalkan editor terus? Kalau kita bisa sendiri, mengapa tidak? Toh mempelajari tanda baca dan sistem menulis dialog memakai kalimat sangat berguna untuk karir Anda selaku penulis. 





Cara Menulis Dialog Menggunakan Kalimat





Nah jikalau begitu mari kita ulas sistem menulis obrolan memakai kalimat pada jenis teks naratif (novel, cerpen, cerbung, dan sejenisnya).





1. Penggunaan tanda titik di selesai dialog





Contoh salah : “Aku percaya ia pemenangnya”.
Contoh benar : “Aku yakin dia pemenangnya.”
Tanda baca ditempatkan sebelum tanda kutip di selesai dialog.





Apabila di iringi narasi, maka ketentuannya mirip ini :
Contoh salah : “Dia memang sangat berbakat.” memandang Bayu kagum.
Contoh benar : “Dia memang sungguh berbakat.” Menatap Bayu takjub.





Apa yang membedakannya? Huruf permulaan narasi. Yap. Huruf permulaan narasi mesti didahului oleh kapital.





Jika narasinya berada di permulaan, maka ketentuannya seperti ini :
Contoh salah : Andi tersenyum, “Kamu yakni teman terbaik.”
Contoh benar : Andi tersenyum. “Kamu yakni sobat terbaik.”





Perbedaannya apa? Penggunaan tanda baca. Ya, betul! Kalimat pertama kenapa salah? Kan, huruf permulaan dalam dialognya sudah benar menggunakan abjad kapital? Memang, sih. Tapi, penulis menggunakan tanda baca (,) yang sebaiknya (.)





2. Penggunaan tanda koma di tamat dialog





Biasanya, di gunakan bersamaan dengan obrolan tag. Apa itu obrolan tag? Dialog tag yaitu frase yang mengikuti dialog. Fungsinya mengumumkan si pengucap kepada pembaca.





Dialog tag juga dapat dipakai bila obrolan tersebut isinya wacana pengungkapan sesuatu. Di awali dengan huruf kecil setelah tanda petik. Dan di tandai dengan : “ujar, kata, pekik, sambung, tukas, ungkap, dan lain sebagainya.”





Contoh salah : “Aku yang mencampakkan kucing itu.” Ungkap Daniel.





Contoh benar : “Aku yang membuang kucing itu,” ungkap Daniel.





Dimana perbedaannya? Coba amati.





Contoh awal, tanda bacanya yakni (.) yang semestinya (,). Kemudian, karakter awal setelah dialog yaitu besar. Padahal, seharusnya huruf mulanya adalah kecil.





Baca juga : Teknik Menulis: Menggunakan Rangkaian Kalimat Efektif





3. Penggunaan koma (,), titik (.), tanda seru (!) di final kalimat





Tanda seru (!), dan tanda tanya (?) pada simpulan kalimat dialog seharusnya ditaruh sebelum tanda petik (“) epilog, bukan sesudahnya.





Contohnya sebagai berikut: 





Contoh salah: “Mereka berniat datang hari ini”, kata ibu. 





Contoh benar: “Mereka berniat tiba hari ini,”kata ibu. 





Kalimat pertama menjadi salah alasannya adalah tanda koma sebaiknya sebelum petik. Itu terang salah alasannya memakai dua tanda baca. Selain itu, posisinya pun tidak cocok hukum.  





Contoh lagi,





“Apa kamu yang melukainya?” Melirik ke arah perempuan di sampingnya.





Mengapa huruf permulaan dalam narasinya kapital? Ya, betul. Karena telah beda kalimat. “Melirik perempuan di sampingnya” dibilang sebagai kalimat baru.





Catatan : Setiap dialog yang memakai tanda tanya atau tanda seru, narasinya diawali dengan aksara kecil. (teriaknya; tanyanya.)





4. Tanda Elipsis/Titik tiga (…)





Tanda ini biasa dipakai untuk menunjukkan jeda pada dialog.





Contohnya : “Kaprikornus … kamu betul-betul menolakku?”





Perhatikan teknik penggunaannya. Cara memakai elipsis dalam dialog yakni ketika ada jeda dalam dialog tersebut. Sebelum menggunakan elipsis, beri spasi apalagi dulu. 





Setelah menggunakannya pun beri spasi lagi. Kemudian silahkan mulai kata berikutnya. Ingat, kata gres sesudah elipsis huruf mulanya harus kecil. Lihat contoh untuk pemahaman lebih detail.





Nah, bagaimana jika elipsisnya berada di simpulan?





Perhatikan contoh di bawah ini.





Contoh 1





“Jangan menangis lagi. Kumohon ….”





Contoh 2





“Jangan menangis lagi. Kumohon …” ucap Billy pelan.





Apabila elipsisnya berada di belakang dan tidak ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan acuan 1.





Pertanyaannya: Mengapa titiknya empat bukan tiga?





Jawaban: Tiga titik pertama adalah elipsis, dan satu titiknya lagi yakni tanda baca. Nah, bila elipsisnya berada di belakang dan ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan teladan nomor 2. Yang mana hanya terdapat tanda elipsis di sana.





Baca juga : 11 Langkah-Langkah Menulis Karya Ilmiah yang Efektif





5. Penggunaan en dash (—) dalam obrolan





Biasanya dipakai untuk dialog yang terputus-putus atau terpotong.





Contoh 1 :





“Ti— tidak. Bukan itu maksudku.” (terputus-putus).





Contoh 2:





“Kaprikornus kamu pe—” (terpotong alasannya adalah seseorang eksklusif menyergah ucapannya).





“Iya. Aku pelakunya,” ucap Putra cepat.





6. Penggunaan kata “kan”





Contoh: “Dia itu kekasihmu, kan?”





Perhatikan cara meletakkannya. Tak jarang kita memperoleh kalimat mirip ini dalam beberapa cerita.





Letakkan tanda (,) sebelum menulis kata “kan” dalam dialog.





Sementara, pola serupa: “Belajar yang tekun ya, Nak.”





Kalimat mirip itu pun berlalu penggunaan tanda (,) sebelum kata “Nak.”





Mengapa kata “Nak” dalam dialog aksara mulanya besar? Karena “Nak” di situ merupakan panggilan pengganti untuk seorang anak. (Nak, Nduk, Non, dll).





7. Nama Panggilan dalam Dialog





Contoh 1 :





“Aku harap Ayah merestui akad nikah kami,” ucap Putra sarat harap.





Contoh 2 :





“Aku berharap ayahmu merestui ijab kabul kita,” kata Putri lirih.





Antar kedua kalimat tersebut ada perbedaan bukan? 





Dicontoh pertama, kata “Ayah” diawali dengan abjad kapital. Kenapa? Karena orang yang di maksud ada di sana. Atau terlibat dalam percakapan tersebut.





Sedangkan dicontoh kedua, kata “ayah” di awali dengan huruf kecil yang mana menerangkan sang ayah tidak ada di sana. Atau tidak terlibat dalam percakapan tersebut.





Contoh 3 :





“Menurut pak Aldi, tidak seharusnya kita melewati jalan ini.”





Contoh 4 :





“Terimakasih Pak Aldi atas kerjasamanya.”





Nah, kalau memperoleh kalimat mirip pada acuan nomor tiga dan empat, perhatikan baik-baik.





Di pola nomor 3, kata “pak Aldi” abjad awalnya ditulis kecil dan aksara keduanya ditulis besar karena ialah nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 1, yang mana pak Aldi tidak terlibat dalam percakapan tersebut.





Dicontoh nomor 4, kata “Pak Aldi” huruf awalnya ditulis besar dan karakter keduanya ditulis besar karena ialah nama orang. Ini sama seperti teladan nomor 2, yang mana pak Aldi terlibat dalam percakapan tersebut.





Baca juga : Cara Membuat Karya Tulis Ilmiah dengan Kalimat Efektif



Sumber mesti di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama