FOMO yakni fear of missing out, atau perasaan takut ketinggalan. Hal ini umumterjadi di kelompok trader, yang menyebar informasi-info untuk mendorong trader lain bertindak ke arah tertentu.
Sebetulnya ungkapan FOMO tidak hanya ada dalam trading, tetapi juga hal lain. Secara definisi FOMO yakni cita-cita untuk melakukan apa yang orang lain lakukan. Ada kecemasan jika tertinggal. Gejala ini ditemukan oleh Dr. Dan Herman pada tahun 1996 dan Patrick J. McGinnis memakai perumpamaan ini pertama kali pada tahun 2004 dalam majalah terbitan Harvard Business School.
Menyebarkan FOMO
Banyak trader atau pemberi signal jualan yang berbagi FOMO. Tujuannya adalah untuk mempengaruhi trader lain biar bertindak sesuai dengan FOMO yang disebarkan. Misalnya trader A, sesudah membeli saham BBRI, ia tentu berharap naik. Dia berbagi saham BMRI rawan alasannya ada tindakan manajemen, dan menunjukkan keunggulan tindakan direksi BBRI, biar trader lain juga ikut berbelanja BBRI. Dengan demikian BBRI akan naik, sehingga trader penyebar FOMO tersebut menemukan keuntungan.
Bagaimana Agar Tidak Terpengaruh FOMO
Kebanyakan yang terpengaruh FOMO ialah para trader yang tidak memiliki bekal sama sekali. Dia masuk ke sesi perdagangan layaknya seorang penjudi. Jika banyak informasi beredar terhadap saham atau aset yang dimilikinya, segera beliau jual meskipun tidak tahu kebenarannya.
Kebutaan terhadap evaluasi teknikal juga membuat seseorang termakan FOMO. Trader ini seringkali bertanya-tanya ke forum seperti ini:
“Kemana arahnya gan?”
“Naik atau turun gan?”
“Masuk di angka berapa yah? Ambil Long Atau Short?”
Dan dengan nada serupa, memberikan trader yang bersangkutan tidak percaya diri. Ini bisa jadi sebab kurangnya pengetahuan baik teknikal maupun mendasar. Karena itu terus mencar ilmu biar tidak termakan FOMO.
Sumber harus di isi