Gubernur Pertama Sulawesi Selatan yaitu A. A Achmad Rifai. Dia menjabat selama 6 tahun 5 bulan dan 3 ahad.
Penulis : Prof Dr H Zainuddin Taha
Sebelum Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara bangun sendiri sebagai provinsi, pucuk pimpinan pemerintahan Provinsi Sulselra dipercayakan kepada Andi Achmad Rifai.
Dia menjabat selaku Gubernur selama 6 tahun 5 bulan dan 3 ahad, adalah dari tanggal 20 April 1960 sampai 13 Oktober 1966.
Baca Juga:
Domain Gratis, Domain Berbayar, Hingga Perbedaan Hosting dan Domain
Cara Menjual Domain dan Situs Jual Beli Domain, Cara Jual hingga Lelang
Cara Jual Domain di Godaddy, Apa itu Godaddy dan Godaddy login
Siapa Andi Achmad Rifai?
A.A Rifai adalah seorang turunan ningrat Bugis-Mandar. Nama Iengkapnya Andi Achmad Rifai. Dia juga adalah seorang TNI dengan pangkat militer terakhir Mayor Jenderal TNI/AD.
Ia dilahirkan di Polewali Mandar pada 20 Desember 1920. Setelah menyelesaikan pendidikan di Sekolah Rakyat, dia merantau ke Pulau Jawa tanpa diketahui sanak keluarga.
Di Pulau Jawa mula-mula dia bergabung dengan Korps Kepolisian, kemudian Angkatan Laut. Dan akhimya bergabung dengan laskar perjuangan dalam perang kemerdekaan melawan penjajahan Belanda.
Pada periode awal kemerdekaan, pada tahun I949 kembali ke Sulawesi Selatan bareng pasukan pejuang lainnya. Seperti Andi Mattalala, Abdul Kahar Muzakkar, M. Jusuf, Achmad Lamo dan lain-lain.
Selama periode pemerintahan Gubenur A. A. Rifai, dari bulan April 1960 hingga Oktober 1966, penugasannya dipenuhi dengan duduk perkara penyelesaian keselamatan di samping upaya-upaya menyusun kembali tata pemerintahan yang mengalami desintegrasi karena kekacauan.
Baca Juga:
Domain dan Hosting Gratis Selamanya Seumur Hidup
Promo Hosting Murah, Gratis Domain! Buruan Stock Terbatas
Dmain Name Gratis Terbanyak Diincar, 7 Promo Hosting Gratis Domain
la memulai jabatannya sebagai Gubernur di dalam kala transisi metode pemerintahan menurut Dekrit Presiden Kembali ke Undang-Undang Dasar I945 beserta penetapan-penetapan dan peraturan-peramran yang mengiringinya, baik perihal tata cara Pemerintahan Daerah maupun tentang hal-hal lain di bidang politik, sosial, dan ekonomi.
Selain itu, dia juga mesti menindaklanjuti pelaksanaan Undang-undang No. 29. tentang Pembemukan 27 Daerah Tingkat II.
Dan Kotapraja serta abolisi pemerintahan swapraja dalam Wilayah Sulawesi Selatan. Dan Tenggara yang sudah dilakukan semasa Gubenur Andi Pangerang Petta Rani.
Gubernur A. A. Rifai juga mesti melakukan antisipasi menuju ke pengotonomian Daerah Sulawesi Selatan dan Tenggara, sehingga menjelang simpulan I960 Provinsi Sulawesi Selatan dan Tenggara, dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) No. 47 Tahun 1960, Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan dan Tenggara menjadi daerah otonom yang berhak mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri sampai pemecahannya menjadi dua Daerah Otonom Tingkat l, masing-masing Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan dengan 23 Daerah Tingkat ll dan
Daerah Tingkat l Sulawesi Tenggara dengan empat Daerah Tingkat II.
Pemecahan menjadi dua Daerah Tingkat I tersebut didasarkan pada Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 2 Tahun I964.
Gubernur Kepala Daerah Tingkat l Sulawesi Selatan tetap dijabat oleh Brigjen. A.A. Rifai, sedangkan Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara ditunjuk J. Wayong.
Pelaksanaan perubahan sistem dan struktur pemerintahan tempat beserta penataulangan perangkat-perangkatnya praktis dilakukan semuanya dalam kondisi atau suasana S.O.B.(Sraat van Oorlog en Bleeg) atau Negara dalam Bahaya /Perang.
Pemulihan keselamatan dan penataan kembali pemerintahan kawasan untuk diubahsuaikan dengan sistem yang berlaku menguras hampir seluruh daya dan dana yang ada. Dalam kondisi keamanan yang masih memerlukan perhatian yang cukup besar, menjelang pertengahan tahun 1960-an, tepatnya menjelang tahun-tahun teratasinya gangguan keamanan menyeluruh dengan tertembak matinya Kahar Muzakar pada bulan Februari 1965, terjadi pula kegoncangan politik dan keamanan balasan penghianatan PKI dengan G-30-S-nya pada tanggal 1 Oktober 1965.
Baca Juga:
iFOREX Broker Terbaik di Dunia dan Best Forex Broker
Terjadinya peristiwa petualangan gerakan kontra revolusi G-30-S yang didalangi oleh PKI dan ormas-ormas pendukungnya menimbulkan kegoncangan-kegoncangan baru dalam sendi-sendi kehidupan dan penghidupan masyarakat yang menjadikan timbulnya aksi-agresi massa pengganyangan oleh rakyat yang dimotori oleh cowok, mahasiswa, pelajar, dan kekuatan-kekuatan pancasilais yang tergabung dalam Komando Aksi Pengganyangan (KAP) PKI, Front Pancasila, Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), Kesatuan Aksi Pemuda dan Pelajar Indonesia (KAPPI), dan berbagai kesatuan aksi yang lain.
Penciptaan suasana kondusif dan tertib di wilayah Sulawesi Selatan dan Tenggara selama dasa warsa l960-an sungguh-sungguh mengalami perjalanan yang panjang.
Situasi lazim Sulawesi Selatan sebelum dan setelah penghianatan PKI dengan G-30-S-nya pada tahun 1965, diliputi suasana perang dengan sistem komando operasi yang silih berubah.
Sepanjang era pemerintahan 1960 hingga 1966, acara pemerintahan betul-betul dipakai untuk pemulihan keamanan dan ketertiban dengan melibatkan semua lapisan dan kelompok penduduk .
Apabila kurun kurun waktu 1960 hingga dengan I970 ini dibagi dalam kurun dan tahapan dalam upaya pemulihan keamanan dan penataan organisasi pemerintahan, maka paling kurang dapat dibagi ke dalam masa-kala sebagai berikut:
- Periode April 1960 s.d. Mei 1963,
- Periode Mei 1963 s.d September 1963,
- Periode September 1963 s.d. 14 September I964,
- Periode September 1964 s.d. 30 September 1965, dan
- Periode 1 Oktober 1965 s.d. Desember 1969.
Itulah cerita singkat perihal perjalanan hidup Gubernur Pertama Sulawesi Selatan, A Achmad Rifai yang ditulis oleh Prof Dr H Zainuddin Taha.
Tulisan ini disadur pribadi dari buku dia yang berjudul Sulawesi Selatan dari A Achmad Rifai ke Achmad Lamo 1960 – 1970.
Buku ini mungkin tak dicetak lagi karena hanya diterbitkan terbatas oleh penulis dan diterbitkan oleh kampus UNM.
Semoga berguna dan menambah khasanah wawasan kita bareng tentang sejarah Sulawesi Selatan.
Utamanya terhadap penulis, agar dikemudian hari buku ini mampu diterbitkan lagi. Pasalnya, tak banyak acuan yang menguluti sejarah panjang Lahirnya Sulawesi Selatan. (*)
Sumber mesti di isi