Mengenal Apa Itu Metode Beli Putus, Royalti, Dan Kontrak Oplah



Mengenal Apa Itu Sistem Beli Putus, Royalti, dan Kontrak Oplah – Apa itu metode beli putus? Bagi para penulis buku pasti sudah paham ihwal ungkapan ini. Tapi bagi orang awam mungkin Anda masih mengajukan pertanyaan-tanya apa itu sistem beli putus dalam industri penerbitan? Supaya Anda tidak galau, maka sebaiknya Anda membaca artikel ini sampai habis. 





Mengenal Sistem Kerjasama Penerbitan Buku





Apa itu metode beli putus? Cara mempublikasikan buku kebanyakan terdapat beberapa tipe kerjasama atau sering disebut sistem beli putus yang bisa dijalin antara penulis dan penerbit buku. Sistem ini bergantung pada masing-masing pihak untuk menentukan salah satu tipe kerjasama yang diharapkan.





Pertama, penerbit dan penulis dapat melaksanakan beli putus atau jual beli naskah. Cara ini dapat dilaksanakan oleh penulis dengan memberikan naskahnya ke penerbit. Selanjutnya penerbit akan memperlihatkan harga dalam perhitungan nominal tertentu sesuai kesepakatan.





Ada laba dan kerugian bagi penulis dalam mengerjakan cara menerbitkan buku tipe kerjasama ini. Penulis akan diuntungkan sebab menerima hasil di permulaan. Ia juga mendapatkan uangnya saat transaksi dilakukan.





Di segi lain, penulis juga bisa saja merugi. Ia tak lagi memiliki hak ciptanya sebab beralih ke penerbit, meskipun namanya akan tetap dicantumkan dalam naskahnya. Penulis juga merugi dikala dia tak menerima efek dari hasil pemasaran buku, meskipun karyanya laris terjual dan dicetak beberapa kali.





Kerjasama seperti ini menguntungkan dalam konteks jangka pendek. Sifanya memang lebih simpel. Namun dalam jangka panjang, sistem beli putus atau kerjasama ini menciptakan ketimpangan dari sisi penulis. Tidak banyak penerbit yang menggunakan sistem ini.





Beli putus atau perdagangan naskah umumnya dijalankan dalam masalah naskah khusus. Di samping itu, penerbit buku yang melakukan metode ini lazimnya ialah penerbit yang belum siap mengelola perusahaannya yang berorientasi jangka panjang.





Sistem kedua ialah metode yang sering digunakan dalam kerjasama penerbitan. Cara menerbitkan buku sistem kedua ini tak lain adalah metode royalti. Penerbit akan menunjukkan harga terhadap naskah dalam bentuk prosentase harga buku terjual per-eksemplar.





Kisaran royalti beragam, tergantung pada masing-masing penerbit. Besarnya royalti juga termasuk perhitungan dari jenis naskah, perlu atau tidaknya menyisipkan ilustrasi, foto, dan lain-lain.





Pembayaran royalti dari penerbit ke penulis dilakukan menurut jumlah buku terjual dalam periode tertentu. Biasanya royalti dibayarkan tiap 3 bulan atau enam bulan.





Baca juga : Perbedaan Penerbit Indie, Self Publishing dan Mayor





Perbedaan Sistem Royalti, Beli Putus, Kontrak Oplah





Apa itu sistem beli putus? Sistem beli putus atau royalti besar lengan berkuasa pada penghasilan seorang penulis. Maka selaku penulis, sebelum menetapkan mau mengambil metode beli putus atau royalti pahami dulu kelebihan dan kelemahan ketiga metode tersebut. 





1. Apa itu Beli Putus?





Penulis hanya akan mendapatkan satu kali pembayaran saja, yakni pembayaran di muka dikala komitmen telah disetujui dan kesepakatan jual beli telah ditandatangani. Setelah itu penulis tidak akan mendapatkan pembayaran lagi.





Besar harga tergantung kesepakatan antara Penulis dengan Penerbit. Hanya saja, biasanya setiap penerbit sudah memiliki tolok ukur harga masing-masing untuk setiap jenis naskah.





Tetapi, jika penulis mempunyai nilai tawar (bargaining power) tersendiri, bisa saja kita meminta nilai lebih dari angka yang disediakan oleh penerbit. Yang terang, naskah belum mampu diterbitkan jika janji ini belum disetujui kedua belah pihak.





Bargaining power dimaksud contohnya, tema yang ditulis belum pernah ada sebelumnya, memiliki potensi menciptakan tren gres, memiliki potensi untuk menjadi best seller,dan lain-lain. Hal-hal seperti itu yang mampu diajukan selaku dasar pengajuan undangan peningkatan harga.





Makara tidak semata-mata kita meminta harga tinggi bila tidak ada ‘sesuatu’ yang lebih dari naskah kita. Apalagi, kalau kita yaitu penulis baru yang belum dikenal di dunia perbukuan, biasanya penerbit mempunyai pertimbangan tersendiri.





Penulis dan Penerbit akan menandatangani Surat Akad Jual Beli Naskah (SAN) –istilahnya mampu berlainan-beda di setiap penerbit.





Keuntungan Beli Putus





  • Penulis akan menerima pembayaran sekaligus (sesuai angka komitmen) tanpa perlu menanti masa pembayaran seperti yang diberlakukan pada tata cara royalti.
  • Apabila buku tidak laris, penulis tidak akan merasa rugi karena telah dibayar di muka.




Kerugian Beli Putus





  • Apabila bukunya ternyata laris dan bahkan best seller, penulis tidak akan menerima keuntungan/pembayaran apapun lagi.
  • Setiap kali terjadi cetak ulang, penulis cuma akan menerima bukti cetak ulang saja.




2. Apa itu Sistem Royalti?





Penulis akan mendapatkan pembayaran royalti secara berkala pada setiap periode pembayaran. Periode pembayaran yang selama ini pernah saya terima cukup beragam, dari yang per-triwulan (tiga bulanan), per kuartal (empat bulanan), dan per semester (enam bulanan).





Setiap penerbit memiliki tata cara era pembayaran yang berlainan-beda. Untuk mengetahuinya, bisa dibaca pada kontrak penerbitan.





  • Besaran royalti di setiap penerbit bisa sama, bisa pula berlainan. Tergantung dari penerbit yang bersangkutan. Untuk buku anak yang memerlukan banyak ilustrasi umumnya prosentase royalti akan jauh lebih kecil dari royalti kriteria, sebab harus membuatkan dengan ilustrator. Standar biasa royalti yaitu 10% dari harga jual buku.
  • Setiap penerbit mempunyai tolok ukur royalti masing-masing. Angka persentase yang kita terima akan tercantum dalam kesepakatan penerbitan. Penulis boleh mengajukan negosiasi royalti (undangan peningkatan prosentase royalti) kalau memiliki bargaining power, mirip yang sudah diterangkan pada metode jual putus di atas.
  • Royalti yang dibayar dijumlah dari rekapitulasi penjualan buku kita setiap periodenya. 




Contoh perhitungan royalti. Dalam sebuah kala, buku yang terjual yaitu sebanyak 1.000 eks dengan harga jual Rp. 30.000,- Sementara itu prosentase royalti kita yaitu 10%, maka perhitungannya yaitu selaku berikut :





1.000 eks x Rp. 30.000,- = Rp. 30.000.000,- x 10% = Rp. 3.000.000,-





Jangan salah, setiap royalti akan diiris PPh Pasal 23 sebesar 15% (untuk yang mempunyai NPWP) atau 30% (untuk yang tidak memiliki NPWP). Karena itu, sehabis didapat nilai royalti dari perhitungan di atas, nilai royalti kita harus dikurangi apalagi dulu oleh PPH, mirip berikut :





Jumlah Royalti = Rp. 3.000.000,-





PPh Psl 23 (Rp. 3.000.000,- x 15%)   Rp. 450.000,-  





Royalti yang diterima = Rp. 2.550.000,-





  • Penulis dan Penerbit akan menandatangani Surat Perjanjian Penerbitan (SPP).




Baca juga : Mengenal Perhitungan Royalti Penulis di Penerbit





3. Mengenal Kontrak Oplah di Penerbit





Sebenarnya jenis kerjasama ini nyaris sama dengan royalti. Kontrak oplah secara sederhana bisa dimaknai sebagai besaran pembayaran yang ditemukan penulis untuk setiap jumlah cetakan tertentu. Contohnya begini:





Penulis memakai sistem perjanjian oplah Rp 2.000.000 untuk 4.000 cetakan buku. Maka sistem penghitungannya begini. Penulis akan mendapat komisi Rp 2.000.000 dikala penerbit simpulan mencetak naskahnya sebanyak 4.000 eksemplar. Perkara naskah yang sudah dicetak itu laris atau tidak, hal itu bukan masalah penulis.





Dalam kesepakatan oplah, penulis istilahnya sudah dibayar di muka. Jika kebetulan naskah itu bestseller dan cetak ulang, maka penulis akan menerima lagi komisi tergantung jumlah cetakan kedua.  





Sebenarnya Kontrak Oplah ini mirip dengan royalti, cuma saja penentunya yakni jumlah cetakan dan bukan jumlah buku terjual.





Keuntungan Kontrak Oplah:





  1. Mendapat uang di wajah
  2. Tidak terpengaruh oleh laku/tidaknya penjualan buku
  3. Lebih stabil




Kerugian Kontrak Oplah





  1. Jumlah total duit yang diterima biasanya lebih kecil daripada royalti
  2. Harus menunggu penerbit mencetak 




Dari segi laba, perjanjian oplah ini seperti dengan beli putus yang tepat dipilih oleh penulis yang mungkin sedang memerlukan duit. Tapi, mendapatkan penghasilan dari  kontrak oplah juga cuma segitu saja, beda dari royalti yang kadang naik kadang turun tergantung pada pemasaran.





Deepublish memakai tata cara yang mana?





Saat ini deepublish menggunakan metode royalti, dimana setiap penjualan buku yang dipasarkan lewat jaringan deepublish, penulis akan menerima royalti hingga 15%.





Mari terbitkan buku di Penerbit Deepublish. Bisa daftar disini : Daftar Menjadi Penulis Buku.



Sumber mesti di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama