Tidak Ada Yang Tidak Mungkin Untuk Mampu Menulis Dan Mempublikasikan Buku

Bercita-cita menjadi penulis buku kini bukan hal yang sulit dicapai. Banyak orang yang bisa menulis buku sekaligus menerbitkannya cuma dengan bersungguh-sungguh.


 


Menulis buku kiranya menjadi pekerjaan yang cukup awam. Banyak orang yang tidak percaya diri dan merasa tidak mampu sehingga mereka berpikir bahwa pekerjaan ini susah dilakukan. Padahal, di periode yang serba mudah ini, siapapun bisa menjadi penulis buku. Tidak hanya menulis, mereka yang berhasrat mempublikasikan buku pun bisa melakukannya dengan gampang.


Untuk bisa menulis buku lalu menerbitkannya, seseorang mesti percaya dahulu bahwa di dunia ini tidak ada yang mustahil. Semuanya mampu terwujud, asalkan ada kesungguhan hati yang dikombinasikan dengan kerja keras. Di samping itu, mereka yang ingin menulis buku mampu memperhatikan beberapa hal penting yang perlu dipersiapkan dan dijalankan oleh seorang penulis buku. Apa saja hal-hal penting tersebut? Di bawah ini mampu kita simak jawabannya.


Pada dasarnya, seorang penulis buku yakni orang wajib memiliki wawasan dan wawasan luas. Ia harus mempunyai banyak ilham atau gagasan dalam pikirannya untuk dituangkan dalam bentuk tulisan. Ide atau pemikiran ini nantinya bisa timbul dengan dorongan niat baik dari penulis untuk membagikan sesuatu yang kasatmata bagi banyak pembacanya. Tidak cukup dengan doktrin baik untuk berbagi wawasan, seorang penulis memerlukan ilham-inspirasi yang prospektif, pemikiran yang cemerlang, yang kemudian terwujud dalam suatu naskah yang mahir.


Untuk mampu menulis buku dengan kualitas yang andal, seorang penulis perlu banyak berlatih. Setiap saat beliau perlu meningkatkan kemampuan dan teknik menulisnya. Ia harus terus berguru ihwal cara menulis yang bagus dan benar. Di samping itu, penting bagi penulis untuk menulis sesuai bidangnya, apalagi jika ingin menulis buku nonfiksi. Mereka bisa menuliskan berbagai hal mengenai dunia kelimuan yang mereka geluti. Dari situlah beliau akan tampil sebagai orang yang tidak cuma terpelajar menulis buku, tetapi juga menguasai bidang tertentu.


Berikutnya, seorang penulis mesti mencampakkan jauh-jauh rasa malas yang bersarang dalam dirinya. Ia perlu berdiri dan mengembangkan produktivitasnya di dunia menulis. Hal ini mampu dia kerjakan dengan banyak membaca buku dan mencari gosip seputar dunia penerbitan buku. Telah kita pahami sebelumnya, penulis yang baik ialah yang mempunyai wawasan luas. Kemudian pengetahuan luas mampu diperoleh dari membaca. Tidak hanya membaca buku, seorang penulis bisa membaca apapun. Juga tidak hanya membaca, seorang penulis juga perlu lebih peka dan mengamati aneka macam hal yang ada di sekitarnya. Di samping itu, penulis pun perlu tahu tentang kemajuan dunia penerbitan buku. Ia perlu mencari penerbit buku terpercaya yang bisa diajak bekerjasama untuk menerbitkan bukunya. Tanpa penerbit buku, naskah penulis hanyalah naskah yang tidak diterbitkan, pun tidak dibaca oleh banyak orang.


Membaca buku dan mencari berita tentang penerbitan ini menjadi dua langkah berkelanjutan yang mampu dikerjakan penulis. Dua hal tersebut mampu dijalankan dengan sering-sering mendatangi toko buku atau perpustakaan. Di sana, penulis mampu mendapatkan buku-buku yang mampu dijadikan sebagai sumber wangsit, sekaligus mengamati hasil kerja penerbit buku yang hendak dijadikan mitranya. Ia mampu memperhatikan buku hasil terbitan sebuah penerbit, di samping menghimpun ilham dan inspirasi dengan membaca isi buku.


Seperti halnya insan pada umumnya, seorang penulis juga perlu mempunyai karakternya sendiri. Ia mesti tampil berlainan dari penulis-penulis lain. Dengan lebih berkarakter, dia akan lebih membuka kesempatan bagi dirinya untuk diterima penerbit buku. Meskipun memiliki banyak pesaing, ia bisa menonjolkan aksara dalam tulisannya untuk menarik minateditor penerbitan. Untuk melaksanakan hal ini, penulis seharusnya memiliki ketabahan ekstra, sebab penerbit buku memerlukan waktu untuk menyeleksi dan menganggap kelayakan naskah.


Selama menunggu proses seleksi naskah, penulis tidak butuhmeneror penerbit dengan menghubunginya terus-menerus. Ia cuma perlu menanti sekitar tiga bulan, bahkan mampu lebih singkat, sampai ada kabar wacana naskah yang dikirimkannya. Ketika ingin menelepon penerbit buku untuk menanyakan naskah, penulis bisa menelepon setidaknya sebulan sekali.


Proses menghimpun niat, menulis buku, hingga memasukkan naskah ke penerbit memang tidak singkat. Oleh karena itu, penulis dilarang merasa cepat lelah. Mereka juga tidak boleh cepat mengalah saat kabar dari penerbit buku tidak cocok dengan ekspektasi. Penulis dihentikan lelah, maksudnya dihentikan buru-buru berhenti sebab sudah kekurangan energi untuk bekerja. Ia masih perlu melaksanakan serangkaian evaluasi untuk memutuskan bahwa tulisannya telah baik dan pantas untuk diterbitkan. Penulis juga dilarang mengalah. Ketika naskahnya ditolak, beliau perlu meninjau lebih jauh kelayakan naskahnya. Selain itu, dia juga perlu mencari tahu, tipe naskahnya diharapkan penerbit atau tidak.


Hal lain yang mampu dilaksanakan penulis semoga produktif yaitu segera melewatkan naskah. Ketika dia tamat menulis buku dan mengirimkannya ke penerbit, sebaiknya beliau secepatnya melalaikan naskah tersebut. Melupakan di sini memiliki arti tidak terpaku dan memikirkan terus-menerus naskah yang sudah masuk ke penerbit. Waktu yang dimiliki si penulis akan terbuang tidak berguna kalau dia terpaku pada satu naskah. Waktu yang dibuangnya itu pasti akan lebih berfaedah bila dipakai untuk menulis naskah selanjutnya. Dengan kata lain, menunggu naskah yang diproses penerbit hanya boleh dijalankan sembari menjalankan naskah baru. Dengan demikian, penulis akan lebih produktif dalam berkarya, walaupun tetap harus menunggu naskah yang masuk ke penerbit.


Kemudian hal penting lain yang perlu diamati penulis adalah kata pengantar dan unsur tulisan yang lain. Penting bagi penulis untuk memperlihatkan diri seraya “berkenalan” dengan editor di penerbit buku lewat kata pengantar. Kesan pertama akan lebih cepat muncul saat penerbit membaca kata pengirim dari penulis. Cukup dengan satu atau dua lembar kata pengirim , penulis mampu menceritakan gambaran naskah dan sasaran pembacanya secara spesifik.


Selain kata pengirim , penulis juga wajib melampirkan identitas diri. Ia perlu menuliskan nama lengkap, nama pena, usia, nomor telepon, serta alamat rumah dan emailnya. Penulisan identitas ini penting untuk memudahkan penerbit menghubungi penulis kalau naskahnya lolos. Sekalipun naskahnya patut terbit dan berhasil melalui seleksi ketat, naskah tersebut tidak akan diterbitkan bila pemiliknya tidak mampu dihubungi.


Tidak hanya itu, penulis juga sangat-sangat perlu mencantumkan sinopsis atau ringkasan isi buku dikala mengirimkan naskahnya ke penerbit buku. Mengirim sinopsis berbeda dengan blurb. Yang dimaksud dengan blurb ialah goresan pena padat dan singkat yang acap kali ditemukan di bab belakang cover buku. Sinopsis berlainan dengan blurb pada bab tamat pemaparan. Blurb seringkali ditulis dengan tamat yang menggantung agar pembaca penasaran dengan keseluruhan isi buku. Sementara itu, sinopsis akan berisi keseluruhan isi buku beserta kesimpulan atau endingnya. Sinopsis akan penting bagi editor, alasannya adalah dari situlah editor akan mengenali ilham dasar dan gaya bahasa yang dipakai penulis.


Terakhir, jalan lain yang mampu dikerjakan oleh penulis supaya naskahnya bisa terbit adalah memilih penerbit lain. Jika naskahnya sering kali mengalami penolakan di suatu penerbit buku, beliau bisa memilih penerbit lain. Penerbit buku yang menolak naskahnya mampu saja belum membutuhkan naskah untuk diterbitkan. Bisa jadi, naskah yang diserahkan juga kurang memenuhi ketentuan dari penerbit. Untuk mengatasi kegagalan terbit ini, penulis mampu menentukan penerbit terpercaya yang lebih terbuka dalam hal penerimaan naskah. Ia bisa menentukan penerbit anggota IKAPI yang terpercaya, tetapi mempermudah naskahnya untuk diterima dan diterbitkan. Penulis sebaiknya juga mengerti dengan benar metode koordinasi yang disediakan penerbit tersebut, agar nantinya dia tidak dirugikan selama proses penerbitan.


Tentunya untuk mampu menulis dan menerbitkan buku dibutuhkan kerja keras dari penulis. Kesungguhan hati ini bisa dilengkapi dengan produktivitas tinggi supaya penulis mampu menghasilkan buku yang bagus dan berkualitas. Selain itu, kecakapannya dalam memilih penerbit dan melihat peluang penerbitan juga perlu diamati agar impiannya menjadi penulis benar-benar faktual.


 


Referensi:



  1. http://www.hipwee.com/opini/buat-penulis-yang-ingin-naskahnya-sungguhan-diterbitkan-menjadi-buku-percayalah-tidak-ada-yang-tidak mungkin/ diakses pada tanggal 27 Juli pukul 14:55 WIB.


[Wiwik Fitri Wulandari]



Sumber harus di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama