Analisa Mendasar Adalah Alat Utama Bagi Penanam Modal


Analisa mendasar yaitu evaluasi teknis yang mengamati serta memperhitungkan banyak sekali faktor dari perusahaan yang berhubungan dengan kondisi mendasar. Dari evaluasi tersebut mampu tampakapakah perusahaan tersebut masih dalam keadaan baik atau tidak. Karena ketika Anda akan membeli saham, Anda mesti mengetahui keadaan perusahaan yang akan Anda tuju.





Analisa Fundamental Saham





Ada beberapa hal yang perlu diamati dalam evaluasi mendasar yaitu sebagai berikut





EPS (Earning Per Share)





EPS ialah keuntungan higienis per lembar dari saham. Bila EPS bernilai Rp 100, maka setiap lembar saham juga menciptakan keuntungan senilai Rp 100.





Cara menghitung EPS ialah, jumlah keuntungan bersih dibagi dengan jumlah lembar saham. Misal, keuntungan perusahaan sejumlah Rp 1.800.000.000. Jumlah lembar saham perusahaan yakni 10.000.000 lembar. Maka, EPS perusahaan adalah : Rp 1.800.000.000 / Rp 10.000.000 = Rp 180/lembar saham.





Anda mesti mencari perusahaan yang EPS-nya berkembang dari waktu ke waktu. Karena EPS yang berkembang menandakan perusahaan yang berkembang dengan baik pula.





PER (Price to Earning Ratio)





PER adalah laba sebuah perusahaan saham ketimbang harga sahamnya. Sebuah saham dianggap murah kalau PER-nya lebih rendah daripada PER rata-rata di dalam suatu industri.





Cara menjumlah PER ialah, harga saham dibagi dengan keuntungan per lembar saham (EPS). Misal, harga saham sejumlah Rp 10.000. Harga per lembar saham yaitu Rp 25. Maka, PER perusahaan ialah : Rp 10.000 / Rp 25 = Rp 400.





Jadi, PER tersebut menerangkan bahwa seorang penanam modal mesti membayar Rp 400 di setiap laba perusahaan.





PBV (Price to Book Value)





PBV ialah citra seberapa besar pasar dalam menilai harga suatu perusahaan ketimbang kekayaan bersihnya.





Cara mengkalkulasikan PBV ialah, harga saham dibagi dengan nilai buku per lembar saham (BV). Misal, harga saham sejumlah Rp 3.000. Nilai buku per lembar saham sejumlah Rp 1.400. Maka, PBV perusahaan ialah : Rp 3.000 / Rp 1.400 = 2,14.





Perusahaan dengan PBV di bawah angka 1 biasanya dianggap sebagai saham yang berharga murah. Sedangkan PBV di atas angka 1 dapat dianggap sebagai saham yang berharga mahal.





ROE (Return On Equity)





ROE adalah tingkat keuntungan yang dibandingkan dengan total kekayaan bersih (modal).





Cara menjumlah ROE yaitu, keuntungan bersih dibagi dengan kekayaan bersih. Misal, laba higienis sebesar Rp 1.000.000.000. Kekayaan higienis sebesar Rp 625.000.000. Maka, ROE perusahaan yakni : Rp 1.000.000.000 / Rp 625.000.000 = 1,6 atau 160 %





Cara menganggap ROE :





Pertama, bandingkan ROE dengan perusahaan sejenis di dalam industri yang sama. Kedua, bandingkan ROE perusahaan sendiri, lihat naik dan turunnya dari waktu ke waktu.





DY (Dividend Yield)





DY yakni citra seberapa besar pembagian dividen yang dibagikan perusahaan kepada harga saham pasar.





Cara menjumlah DY yakni, dividend per lembar saham dibagi dengan harga saham. Misal, dividend per lembar saham sejumlah Rp 100. Harga saham sejumlah Rp 1.000. Maka, DY perusahaan yakni : Rp 100 / Rp 1.000 = 10%





Saham yang baik adalah saham yang mempunyai DY minimal 3%. Karena hal itu menunjukan bahwa perusahaan memiliki kestabilan laba bersih.





DER (Dept to Equity Ratio)





DER ialah jumlah hutang yang daripada kekayaan higienis (modal).





Cara menjumlah DER ialah, total hutang dibagi dengan kekayaan higienis. Misal, total hutang sebesar Rp 500.050.000. Kekayaan bersih sebesar Rp 200.000.000. Maka, DER perusahaan yakni : Rp 500.050.000 / Rp 200.000.000 = 2,5.





Jika DER kurang dari angka 1, menerangkan bahwa perusahaan tersebut memiliki hutang lebih minim. Jika DER lebih dari angka 1, menerangkan bahwa perusahaan tersebut memiliki hutang yang lebih besar. Anda mesti memperhatikannya alasannya adalah saat Anda akan memilih perusahaan, Anda juga harus mengetahui historis hutang perusahaan tersebut.



Sumber mesti di isi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama