Teknik Menulis Buku Gampang: Inilah 5 Faedah Menulis Buku

Teknik menulis buku untuk diterbitkan oleh penerbit buku memang bukan hal yang perlu ditakutkan, tidak perlu dikesampingkan dan tidak pula menyulitkan.


Teknik menulis buku untuk diterbitkan penerbit buku bukan hal yang perlu ditakutkan, tidak perlu dikesampingkan dan tidak pula menyulitkan. Menulis itu semudah ngomong, begitulah salah satu judul buku karya Lasa Hs.Jangankan menulis satu lembar, satu paragraf saja terasa susah, bagaimana bila melaksanakan cara menerbitkan buku? Apakah Anda juga merasakan hal yang sama?


Sekarang, hal yang menciptakan aku terlepas bebas dari rasa kekhawatiran justru dengan melaksanakan teknik menulis buku. Berikut ada tiga faedah menulis.


 


1. Teknik Menulis Sebagai Penghilang Depresi


Dalam cabang ilmu psikologi ada perumpamaan katarsis. Katarsis berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yakni penyucian diri yang menjinjing pembaruan rohani dan pelepasan dari ketegangan. Cara pengobatan orang yang berpenyakit saraf ini dengan membiarkannya menuangkan isi hatinya dengan bebas. Dengan melepaskan emosi negatif, penderita akan mencicipi kelegaan emosional setelah mengalami ketegangan dan pertikaian batin akibat sebuah lakuan dramatis. (KBBI, 2014).


Katarsis mampu juga dikatakan sebagai terapi atau proses penyembuhan. Bentuk katarsis sesungguhnya ada banyak macamnya, salah satu tata cara yang digunakan katarsis dengan menulis. Menulis selaku verbal katarsis orang yang mengalami gangguan saraf. Lewat menulis, pasien bebas mengeluarkan kekesalan, kemarahan dengan mengekspresikannya dalam goresan pena.


Dengan menuangkan segala hal yang tersimpan di dalam dirinya yang tidak mampu dikatakan secara mulut dan sikap dalam bentuk goresan pena efektif juga mengurangi tingkat tertekan seseorang. Jika pernah mengamati pada diri sendiri atau ingin menerangkan, dikala Anda mencicipi kesal dan jengkel, coba tuliskan dalam bentuk tulisan.


Biasannya, ketika seseorang dalam keadaan emosi (baik emosi negatif maupun positif) dari yang mulanya tidak mampu menulis, datang-tiba bakir menulis. Begitupun dengan menulis buku.


Buku yang laris di pasaran lazimnya justru yang ditulis dengan hati. Ketika menulis dengan hati, secara emosional seorang penulis lebih menghayati, menjiwai, dan pesan yang disampaikan juga mengena.


 


2. Melatih Mengelola Emosional


Anggap saja menulis buku itu seperti menulis status dan mengomentari sesuatu. Menciptakan emosi dapat dilaksanakan oleh siapa saja. Cara mengumpulkan emosi mampu bisa juga disisaati dengan menyusun kerangka dan rancangan buku.


Dengan mengkonsep dan menciptakan kerangka, secara tidak eksklusif kita sudah memancing emosi di dalam diri secara perlahan. Mengapa dikatakan melatih emosional? Karena emosi yang penulis rasakan harus bisa disampaikan dengan tulisan yang santun, sopan, dan tidak murka-marah.


Butuh dorongan yang hebat biar mampu menuliskan dalam suatu buku. Terutama jenis buku didik, perlu yang namannya pengumpulan data, memuat ilham, dan mencatat segala hal kecil gosip yang mendukung materi tulisan. Waktu yang diperlukan dalam membuat buku variatif.


Ada yang mingguan luapan emosi bisa diekspresikan. Adapula yang hitungan bulan bahkan tahunan. Rasa letih, frustasi, dan bosan tentu akan datang. Ikuti saja perasaan tersebut. Biarkan semua data yang diperoleh tersimpan sampai datang puncak emosi itu siap meledak. Masa inilah yang dinamakan periode inkubasi sebuah pandangan baru.


Seberapa penting periode inkubasi tergantung setiap orang. Ketika meledak, segala emosi yang ada di dalam diri akan tertuang total melalui ujung jari menuliskan di layar komputer. Dan, terciptalah suatu karya yang berupa artikel, jurnal maupun buku. Ketiga hal ini hanya problem output yang dihasilkan saja, tergantung dari keputusan yang mau diambil.


Hanya dengan rangkaian proses di atas, maka lahirlah sebuah karya. Jadilah yang namanya tulisan. Ketika final menuliskannya, kita pun juga tidak akan menduga, ternyata kita mampu menulis. Dan, pikiran wacana menulis hal yang sulit itu tidak benar. Seperti judul buku Lasa HS, menulis memang segampang ngomong.



3. Melatih Kreativitas Berbahasa dan Berlogika


Teknik menulis buku secara disiplin bisa melatih proses krerativitas. Tidak cuma itu, seorang penulis yang meiliki jam terbang yang banyak mempunyai sensitivitas kepada lingkungan sekitar. Sensitivitas mampu berupa problem sosial, peluangsosial, dan peka kepada banyak hal.


Ketika otak sensitif dengan hal-hal yang tidak umum orang lain tangkap, perlahan juga akan mengasah kemampuan berlogika dan mengevaluasi. Secara bahasa, seorang penulis juga memiliki kelebihan unik, yakni memiliki keterampilan berbahasa.


 


4. Mencerdaskan dan Mempertajam Ingatan


Seorang penulis buku harus banyak membaca buku. Semakin banyak membaca buku, kian banyak ilmu dan sudut pandang yang akan kita peroleh. Dari segi pengetahuan dan pengetahuan, lebih baik dibandingkan yang tidak pernah membaca. Dari sisi ingatan, orang yang menulis buku maupun penulis lain mempunyai ketajaman kenangan.


Memiliki aliran yang lebih cemerlang. Kehebatan seorang penulis buku yaitu, selain mencerdaskan diri sendiri, juga mencerdaskan pembaca. Dilihat dari segi sudut pandang agama, akan mendapatkan pahala atas tulisan yang menunjukkan manfaat dan memberikan pergantian bagi pembacanya.



5. Lebih Tahu Banyak Jenis Tulisan


Banyak jenis goresan pena yang kita kenal. Ada goresan pena berupa gosip, opini, cerpen, puisi, ataupun jurnal ilmiah. Begitupun dengan menulis buku, juga dibagi lagi menjadi banyak jenis. Mulai dari buku fiksi hingga buku nonfiksi. Apapun jenis tulisan yang hendak dibentuk, tergantung dari penulis itu sendiri. Bentuk penyampaiannya pun juga berbeda.


Ditinjau dari tingkat kesulitannya, teknik menulis untuk diterbitkan penerbit buku lebih memakan banyak waktu dan tenaga. Karena dalam teknik menulis buku, khususnya buku ajar, kita harus mempersiapkan dan mencari bahan dan data untuk mendukung tulisan kita. Ulasan yang dijabarkan lebih mendetail.


Penulis yang belum terbiasa pun sering mengalami kebuntuan. Upaya membuat lebih mudah dan menyingkir dari kesulitan tersebut, seorang penulis umumnya membuat kerangka karangan apalagi dahulu. Kemudian membagi menjadi bagian per bab. Dari bab dibuat subbab. Begitu seterusnya hingga jadilah satu bentuk tulisan buku. [Elisa]


 


 


Referensi :



  1. Hs, Lasa. 2006. Menulis Segampang Ngomong. Yogyakarta: Pinus.

  2. Suharso & Retnoningsih, Ana. 2014. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: Widya Karya.


 


 


Anda TAK HARUS PUNYA NASKAH siap cetak untuk mendaftarkan diri Jadi Penulis di penerbit buku kami. Dengan mendaftarkan diri, Anda bisa konsultasi dengan Customer Care yang siap menolong Anda dalam menulis sampai menerbitkan buku. Maka, Anda tak perlu ragu untuk segera MENDAFTAR. Silakan isi form di laman ini. 🙂


 


Jika Anda mengharapkan EBOOK GRATIS tentang CARA PRAKTIS MENULIS BUKU, silakan download


teknik menulis

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama